.

.
.

Minggu, 15 Juli 2012

“Kita harus kembali kepada Api Pentakosta mula-mula!” ( Efraim Lesnussa )

API DARI SORGA
(Kisah Para Rasul 2:1-4)



PENTAKOSTA adalah Api!

Pisahkan dan ambil api ini, maka tidak ada lagi Pentakosta. 

Gereja mula-mula adalah Gereja Api!  Hari Pentakosta adalah Hari Api!

Kita membaca di dalam Kisah Para Rasul 2:1-4:
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.  Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.  Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Inilah hari Pentakosta:  hari yang mengubah sejarah dunia; hari yang mengubah sejarah gereja; hari yang mengubah sejarah manusia; hari turunnya api dari sorga! Setelah peristiwa Pentakosta, maka gereja berubah.  Nelayan yang lemah dan bodoh itu berubah.  Pengecut diubahkan.  Pemalu diubahkan.  Yang dingin dan tidak bersemangat diubahkan. Pembicaraan berubah.  Khotbah pun berubah.  Dan semuanya itu adalah akibat dari turunnya api dari Sorga!
Dalam sekali berkhotbah, Petrus berhasil memenangkan 3000 jiwa.  Dan bila kita perhatikan khotbah Petrus, sesungguhnya tidak ada hal yang menonjol.  Malahan sangat sederhana, tanpa ilustrasi “konyol,” tanpa membuat para pendengarnya manggut-manggut. Tetapi, apakah yang menyebabkan khotbahnya begitu dahsyat? Jawabannya adalah karena urapan api dari Sorga!

Pdt. Efraim Lesnussa, almarhum, dalam khotbahnya di tahun 1969 pernah berkata:
“Kita harus kembali kepada api Pentakosta mula-mula!”

Oleh karena itu, marilah kita berdoa agar hati kita dibakar oleh api dari Sorga.  Dan jalannya ialah kembali ke kamar loteng Yerusalem.  Kembali kepada kerendahan jiwa.  Kembali kepada air mata kehancuran hati.  Kembali kepada doa. 
O, lihatlah kebaktian-kebaktian doa masa kini.  Berapa banyak anak Tuhan yang menghargai kebaktian doa?  Berapa pasang kakikah yang bertelut tersungkur di kaki Tuhan?  Berapa seringkah mata Anda sembab dan merah oleh air mata terhadap jiwa-jiwa yang hilang?  Adakah keringat Anda keluar karena merasakan betapa panasnya api neraka yang akan dirasakan oleh mereka yang di luar Kristus?  Gemetarkah  Anda   mengingat  bahwa  belum   semua keluarga kita di selamatkan?  Berserukah Anda kepada Raja di atas segala raja, yang selalu memperhatikan segala sesuatu dengan seksama?
O, lihatlah kebaktian-kebaktian hari Minggu kita.  Sering kita tidak merasakan kuasa Allah, karena kita berharap akan mendapatkan sesuatu dari manusia.  Ingatlah! Betapa tinggi dan besarnya sekalipun manusia itu, tidak ada seorangpun yang dapat dibandingkan dengan keberadaan api dari Sorga yang menunjuk kepda pribadi di atas segala pribadi, yaitu Yesus Kristus!  Oleh sebab itu, jangan ganti Yesus dengan pribadi yang lain.  Jangan ganti kuasa Roh Kudus dengan segala liturgi dan usaha modernisasi gereja.  Sebab hanya Roh Kuduslah yang menghidupkan!
Apakah arti KKR?  KKR bukanlah semata-mata kebaktian yang ramai, diselingi oleh lagu-lagi istimewa dari artis tenar dan diisi dengan khotbah dari pengkhotbah yang top. KKR yang sejati adalah pertobatan.  Manakala hidup kita dibakar oleh api Roh Kudus.  Pandangan kita diubahkan kepada kesucian hidup.  Bekerja untuk Dia, bukan uang.  Berbakti untuk Dia, bukan orang. Bergerak untuk Dia, bukan goyang.  Kesabaran memenuhi hati kita, bukan garang.  Dan kelimpahan Allah di dalam anugerah-Nya kita rasakan, bukan kurang.  Serta hati kita disucikan seputih salju, bukan belang.

Marilah kita kembali kepada api Pentakosta yang mula-mula.  Kembali ke kamar doa dan berdoa sekuat baja.

E.M. Bounds dalam bukunya The Weapon of Prayer, menulis, “Lebih baik kita membiarkan kesalahan dalam satu pekerjaan daripada kita membiarkan kesalahan  di dalam doa!”

Api Roh Allah adalah kobaran yang membuat manusia tidak takut pada apapun juga. Maka marilah kita kembali kepada keberanian. Bahkan Zwingli dengan gagah perkasa berkata, “Mengenai urusan kebenaran, janganlah kita menjadi kaum pengecut, yang melarikan diri, walaupun harus mengorbankan diri kita; karena kita tidak hidup untuk diri kita, bukan pula untuk raja, tetapi untuk Tuhan!”
Sekelompok hamba Tuhan sedang membahas apakah mereka jadi mengundang Dwight L. Moody atau tidak untuk memimpin KKR di kota mereka.  Rupanya sukses pelayanan dari penginjil ternama ini telah menarik perhatian mereka.  Namun tiba-tiba, seorang pendeta yang merasa tidak tertarik mulai berkomentar, “Apakah hanya Moody saja yang punya hak monopoli atas Roh Kudus?” Tetapi seorang pendeta lain dengan tenang menjawab, “Oh tentu saja tidak, tapi kenyataannya Roh Kudus lah yang memonopoli diri Moody!”
Kunci rahasia mengapa D. L. Moody menjadi hamba Tuhan yang luar biasa terdapat di dalam Mazmur 62:12, “Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar:  bahwa kuasa dari Allah asalnya, . . . .”
Dan saya senang demikian.  Saya senang bahwa kuasa bukanlah milik D. L. Moody; saya senang bahwa itu bukan milik Charles G. Finney; saya senang itu bukan milik Martin Luther; saya senang bahwa itu bukan milik orang-orang  Kristen  yang  telah  dipakai  Allah secara luar biasa di dalam sejarah dunia.  Tetapi kuasa itu dari Allah asalnya!  Maka kalau D. L. Moody mempunyai kuasa yang begitu besar, ia mendapatkannya dari Allah.
Nah!  Api dari Sorga, kuasa dari Allah yang Mahatinggi telah dicurahkan kepada kita, umat dan gereja-Nya.  Sekarang apakah sambutan kita terhadap kuasa Allah itu?

Hari ini, kiranya Anda mau kembali kepada semangat Pentakosta yang mula-mula.  Mau kembali kepada Tuhan.  Mau kembali kepada ketulusan pelayanan.  Mau kembali kepada apa yang hilang dari kehidupan Anda.  Dan mau kembali kepada kasih yang mula-mula, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kepada diri sendiri.
Pdt. Efraim Lesnussa, almarhum, dalam khotbahnya di tahun 1969 pernah berkata:
“Kita harus kembali kepada Api Pentakosta mula-mula!”


HALELUYA !!



Oleh: Pdt. Dr. Ichwei G. Indra, Th.M.
(http://www.freewebs.com/mikhaelministry/Api%20Dari%20Sorga.htm)

Tidak ada komentar: