API DARI SORGA
(Kisah Para Rasul 2:1-4)
Pdt. Efraim Lesnussa, almarhum, dalam khotbahnya di tahun 1969 pernah berkata:
“Kita harus kembali kepada api Pentakosta mula-mula!”
Marilah kita kembali kepada api Pentakosta yang
mula-mula. Kembali ke kamar doa dan berdoa sekuat baja.
E.M. Bounds dalam bukunya The Weapon of Prayer, menulis, “Lebih baik kita membiarkan kesalahan dalam satu pekerjaan daripada kita membiarkan kesalahan di dalam doa!”
Hari ini, kiranya Anda mau kembali kepada semangat Pentakosta yang mula-mula. Mau kembali kepada Tuhan. Mau kembali kepada ketulusan pelayanan. Mau kembali kepada apa yang hilang dari kehidupan Anda. Dan mau kembali kepada kasih yang mula-mula, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kepada diri sendiri. Pdt. Efraim Lesnussa, almarhum, dalam khotbahnya di tahun 1969 pernah berkata:
“Kita harus kembali kepada Api Pentakosta mula-mula!”
(Kisah Para Rasul 2:1-4)
PENTAKOSTA adalah Api!
Pisahkan dan ambil api ini, maka tidak ada lagi Pentakosta.
Gereja mula-mula adalah Gereja Api! Hari Pentakosta adalah Hari Api!
Pisahkan dan ambil api ini, maka tidak ada lagi Pentakosta.
Gereja mula-mula adalah Gereja Api! Hari Pentakosta adalah Hari Api!
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang
percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi
seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan
hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu
mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Inilah hari Pentakosta: hari yang mengubah
sejarah dunia; hari yang mengubah sejarah gereja; hari yang mengubah sejarah
manusia; hari turunnya api dari sorga! Setelah peristiwa Pentakosta, maka gereja berubah. Nelayan yang lemah dan bodoh
itu berubah. Pengecut diubahkan. Pemalu diubahkan. Yang dingin dan tidak
bersemangat diubahkan. Pembicaraan berubah. Khotbah pun berubah. Dan semuanya
itu adalah akibat dari turunnya api dari Sorga!
Dalam sekali berkhotbah, Petrus berhasil
memenangkan 3000 jiwa. Dan bila kita perhatikan khotbah Petrus, sesungguhnya
tidak ada hal yang menonjol. Malahan sangat sederhana, tanpa ilustrasi
“konyol,” tanpa membuat para pendengarnya manggut-manggut. Tetapi, apakah yang
menyebabkan khotbahnya begitu dahsyat? Jawabannya adalah karena urapan api dari
Sorga!
Pdt. Efraim Lesnussa, almarhum, dalam khotbahnya di tahun 1969 pernah berkata:
“Kita harus kembali kepada api Pentakosta mula-mula!”
Oleh karena itu, marilah kita berdoa agar hati
kita dibakar oleh api dari Sorga. Dan jalannya ialah kembali ke kamar loteng
Yerusalem. Kembali kepada kerendahan jiwa. Kembali kepada air mata kehancuran
hati. Kembali kepada doa.
O, lihatlah kebaktian-kebaktian doa masa kini.
Berapa banyak anak Tuhan yang menghargai kebaktian doa? Berapa pasang kakikah
yang bertelut tersungkur di kaki Tuhan? Berapa seringkah mata Anda sembab dan
merah oleh air mata terhadap jiwa-jiwa yang hilang? Adakah keringat Anda keluar
karena merasakan betapa panasnya api neraka yang akan dirasakan oleh mereka yang
di luar Kristus? Gemetarkah Anda mengingat bahwa belum semua keluarga
kita di selamatkan? Berserukah Anda kepada Raja di atas segala raja, yang
selalu memperhatikan segala sesuatu dengan seksama?
O, lihatlah kebaktian-kebaktian hari Minggu
kita. Sering kita tidak merasakan kuasa Allah, karena kita berharap akan
mendapatkan sesuatu dari manusia. Ingatlah! Betapa tinggi dan besarnya
sekalipun manusia itu, tidak ada seorangpun yang dapat dibandingkan dengan
keberadaan api dari Sorga yang menunjuk kepda pribadi di atas segala pribadi,
yaitu Yesus Kristus! Oleh sebab itu, jangan ganti Yesus dengan pribadi yang
lain. Jangan ganti kuasa Roh Kudus dengan segala liturgi dan usaha modernisasi
gereja. Sebab hanya Roh Kuduslah yang menghidupkan!
Apakah arti KKR? KKR bukanlah semata-mata
kebaktian yang ramai, diselingi oleh lagu-lagi istimewa dari artis tenar dan
diisi dengan khotbah dari pengkhotbah yang top. KKR yang sejati adalah
pertobatan. Manakala hidup kita dibakar oleh api Roh Kudus. Pandangan kita
diubahkan kepada kesucian hidup. Bekerja untuk Dia, bukan uang. Berbakti untuk
Dia, bukan orang. Bergerak untuk Dia, bukan goyang. Kesabaran memenuhi hati
kita, bukan garang. Dan kelimpahan Allah di dalam anugerah-Nya kita rasakan,
bukan kurang. Serta hati kita disucikan seputih salju, bukan belang.
Marilah kita kembali kepada api Pentakosta yang
mula-mula. Kembali ke kamar doa dan berdoa sekuat baja. E.M. Bounds dalam bukunya The Weapon of Prayer, menulis, “Lebih baik kita membiarkan kesalahan dalam satu pekerjaan daripada kita membiarkan kesalahan di dalam doa!”
Api Roh Allah adalah
kobaran yang membuat manusia tidak takut pada apapun juga. Maka marilah kita kembali kepada
keberanian. Bahkan Zwingli dengan gagah perkasa berkata, “Mengenai urusan
kebenaran, janganlah kita menjadi kaum pengecut, yang melarikan diri, walaupun
harus mengorbankan diri kita; karena kita tidak hidup untuk diri kita, bukan
pula untuk raja, tetapi untuk Tuhan!”
Sekelompok hamba Tuhan sedang membahas apakah
mereka jadi mengundang Dwight L. Moody atau tidak untuk memimpin KKR di kota
mereka. Rupanya sukses pelayanan dari penginjil ternama ini telah menarik
perhatian mereka. Namun tiba-tiba, seorang pendeta yang merasa tidak tertarik
mulai berkomentar, “Apakah hanya Moody saja yang punya hak monopoli atas Roh
Kudus?” Tetapi seorang pendeta lain dengan tenang menjawab, “Oh tentu saja
tidak, tapi kenyataannya Roh Kudus lah yang memonopoli diri Moody!”
Kunci rahasia mengapa D. L. Moody menjadi hamba
Tuhan yang luar biasa terdapat di dalam Mazmur 62:12, “Satu kali Allah
berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, . . . .”
Dan saya senang demikian. Saya senang bahwa kuasa bukanlah milik D. L. Moody; saya senang bahwa itu bukan milik Charles G. Finney; saya senang itu bukan milik Martin Luther; saya senang bahwa itu bukan milik orang-orang Kristen yang telah dipakai Allah secara luar biasa di dalam sejarah dunia. Tetapi kuasa itu dari Allah asalnya! Maka kalau D. L. Moody mempunyai kuasa yang begitu besar, ia mendapatkannya dari Allah.
Nah! Api dari Sorga, kuasa
dari Allah yang Mahatinggi telah dicurahkan kepada kita, umat dan gereja-Nya.
Sekarang apakah sambutan kita terhadap kuasa Allah itu? Dan saya senang demikian. Saya senang bahwa kuasa bukanlah milik D. L. Moody; saya senang bahwa itu bukan milik Charles G. Finney; saya senang itu bukan milik Martin Luther; saya senang bahwa itu bukan milik orang-orang Kristen yang telah dipakai Allah secara luar biasa di dalam sejarah dunia. Tetapi kuasa itu dari Allah asalnya! Maka kalau D. L. Moody mempunyai kuasa yang begitu besar, ia mendapatkannya dari Allah.
Hari ini, kiranya Anda mau kembali kepada semangat Pentakosta yang mula-mula. Mau kembali kepada Tuhan. Mau kembali kepada ketulusan pelayanan. Mau kembali kepada apa yang hilang dari kehidupan Anda. Dan mau kembali kepada kasih yang mula-mula, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti kepada diri sendiri. Pdt. Efraim Lesnussa, almarhum, dalam khotbahnya di tahun 1969 pernah berkata:
“Kita harus kembali kepada Api Pentakosta mula-mula!”
HALELUYA !!
Oleh: Pdt. Dr. Ichwei G. Indra, Th.M.
(http://www.freewebs.com/mikhaelministry/Api%20Dari%20Sorga.htm)Oleh: Pdt. Dr. Ichwei G. Indra, Th.M.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar